Jungkung Darmoyo, Lahir Boyolali, 24 Desember 1964, merupakan sosok yang
jasanya tidak bisa dilupakan begitu saja dalam membangun dan mengabdi dalam
karawitan Jawa. Peranan besar yang telah dilakukan, terutama dalam hal
berprofesi sebagai dalang. Namun tidak terpungkiri. Peran dan kontribusi
terhadap perkembangan kesenian, salah satunya karawitan. Sangat berdampak luas
terhadap lingkup khalayak seniman lainnya. Jungkung Darmoyo dari kecil sudah
banyak di gembleng oleh bapaknya Ki Mujoko Joko Raharjo tentang kesenian Jawa.
Ki Mujoko Joko Raharjo yaitu pimpinan paguyuban Ngripta Laras pada 1959. Bapak Jungkung darmoyo yaitu juga salah satu anggota dari paguyuban
karawitan Condong Raos.
Peran dan kontribusi Jungkung Darmoyo terhadap karawitan jawa, salah
satunya dalam mengembangkan dan berkarya dalam membuat gending-gending baru
banyak diminati oleh masyarakat. Jungkung Darmoyo merupakan anggota paguyuban
karawitan Ngripta Laras dari Gombang, Sawit, Boyolali.
Jungkung Darmoyo sebagai sosok yang dipanuti oleh masyarakat akan karya-karya
dan sastra yang baik, maka penulis memilih topik ini sebagai pengetahuan dan
wawasan untuk pribadi penulis dan khalayak, karena penulis berharap penggemar
tidak hanya tau tentang karya-karyanya yang telah diciptakan, Namun masyarakat
harus tau tentang peranan besar Jungkung darmoyo terhadap kesenian Jawa
terutama Karawitan.
PROSES KESENIMANAN
Terlahir dari seorang seniman Jawa,
Jungkung Darmoyo merupakan salah satu sosok yang pengabdian keseniannya sangat
kuat. Dari kecil Jungkung Darmoyo sudah sedikit mengenal apa itu karawitan,
karena pendidikan non-formal yang telah dia dapat dari bapaknya sendiri sangat
berpengaruh akan ketertarikan Jungkung Darmoyo menjadi seorang seniman,
terutama seniman Jawa.
Banyak gemblengan – gemblengan dari
bapaknya tentang seni pedalangan dan karawitan, telah beliau asah dengan baik.
Namun, rasa puas tidak akan pernah habis, rasa ingin tau Jungkung Darmoyo
tentang kesenian Jawa sangat besar. Ketika lulus SMP, Jungkung Darmoyo
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI)
Surakarta tahun 1982, mengambil jurusan pedalangan, melanjutkan sekolah di
bidang kesenian, Jungkung Darmoyo yakin akan lebih tau tentang wawasan dan
pengetahuan seni yang Jungkung Darmoyo pelajari. Karena teknik dan teori di
luar tembok kampus dan di dalam tembok kampus sangat berbeda, walaupun
kenyataan semua banyak diterapkan di luar tembok kampus.
Selama menempuh pendidik di Sekolah
Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta, setiap hari Minggu
Jungkung Darmoyo mengikuti kursus untuk belajar pedalangan di sanggar yang
telah bapaknya dirikan di Dlimas, dan bapaknya sendiri juga menjadi pengajar di
sanggar tersebut. Disamping itu, ketika tidak bersangkutan dengan sekolah
maupun sanggar, Jungkung Darmoyo setiap mengulangi pelajaran yang telah didapatkan
di sekolahan, yaitu dengan mempelajari sendiri teori – teori yang didapat di
sekolahan, lalu mendengarkan dan praktek.
Setelah Jungkung Darmoyo lulus dari
SMKI tahun 1986, lalu tidak hanya berhenti begitu saja rasa penasaran dan ingin
tau yang besar tentang kesenian Jawa, kemudian Jungkung Darmoyo bersikap keras
untuk melanjutkan pendidikannya menuju jenjang yang lebih tinggi. Jungkung
Darmoyo kemudian memutuskan untuk kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia
(STSI) Yogyakarta, mengambil jurusan karawitan. Banyak pengalaman tentan
kesenian formal dan non-formal yang didapatkan Jungkung Darmoyo dalam
perjalanan hidupnya. Jungkung Darmoyo lulus kuliah di Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Yogyakarta pada tahun 1992.
PILIHAN PROFESI SEBAGAI SENIMAN
Dalam
menjalani profesinya sebagai seniman Jawa, Jungkung Darmoyo banyak dukungan dan
dorongan total dari keluarga dan lingkungan. Dorongan yang diberikan terhadapnya begitu besar akan
profesi yang Jungkung Darmoyo lakukan. Karena rasa tanggung jawab yang telah
diberikan bapaknya terhadap Jungkung Darmoyo atas pengabdian dalam berkesenian
sangat besar.
Dari kecil dan awal Sekolah Dasar (SD),
Jungkung darmoyo sudah menekuni berbagai
kesenian Jawa terutama pedalangan dan karawitan. Dalam perjalanan Jungkung
Darmoyo sebagai siswa di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta
dan Mahasiswa di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta, banyak suka
duka yang di alami, contohnya dalam tuntutan mencari materi atau bahan
perkuliahan dan dalam proses yang terkendala dengan waktu, karena menurut
Jungkung Darmoyo dalam proses belum pasti mengarah ke pekerjaan.
Terkadang Jungkung Darmoyo mengalami masa-masa
sulit dalam mengolah ilmu akan berkeseniannya, salah satunya mengalami masa
kejenuhan, karena belajar kesenian yang dialami Jungkung Darmoyo kebanyakan
belajar sendiri. Karena muara dari belajar itu adalah pentas, dan pentas itu
belum tentu. Menurut Jungkung Darmoyo itulah kendala yang paling besar yang
dihadapi ketika perjalananya dalam berkesenian. Namun tidak selalu mengalami
masa sulit yang di alami Jungkung Darmoyo, Ketika kebangkitan itu muncul akan
datangnya Job (pentas). Pentas-pentas
tersebut yang mempengaruhi Jungkung Darmoyo untuk bangkit dan semangat
melakukan profesi yang dilakukannya.
Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Yogyakarta pada tahun 1992, Jungkung Darmoyo mengikuti jejak
bapaknya dan ikut serta dalam paguyuban karawitan Ngripta Laras. Ketika ada
pentas-pentas karawitan dan wayang, Jungkung Darmoyo ikut nabuh (memainkan gamelan). Paguyuban karawitan Ngripta Laras
tersebut, termasuk paguyuban karawitan yang di pimpin oleh Ki Mujoko Joko
Raharjo yang termasuk bapaknya Jungkung Darmoyo sendiri.
PERAN / KONTRIBUSI JUNGKUNG DARMOYO TERHADAP PERKEMBANGAN KESENIAN
Setelah
apa yang dijalani Jungkung Darmoyo selama ini,dari kecil sampai lulus kuliah di
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta pada tahun 1992. Disitulah
peran tanggung jawab Jungkung Darmoyo sangat besar dalam mengembangkan kesenian
jawa dan melestarikannya, karena faktor-faktor sosial yang mungkin menjadi
salah satu beban yang dialami Jungkung Darmoyo untuk melakukan profesinya
sebagai seorang seniman Jawa.
Ketika
Ki Mujoko Joko Raharjo bapak dari Jungkung Darmoyo tersebut, meninggal dunia,
pimpinan Paguyuban karawitan Ngripta Laras di alihkan kepada Jungkung Darmoyo,
untuk menjadi pimpinan baru, dan menjaga, melestarikan nama paguyuban karawitan
Ngripta Laras untuk lebih Eksis di kalangan masyarakat terutama di dalam
kesenian karawitan Jawa. Dengan
berputarnya waktu dalam berkeseniannya, Jungkung Darmoyo mampu mendapatkan
prestasi-prestasi dan penghargaan dalam dunia kesenian yang di tekuni selama
ini. Berbagai prestasi dan penghargaan Jungkung Darmoyo yang telah dapatkan
yaitu :
1. Penghargaan dari Walikota Semarang, Atas Kemajuan Masyarakat Dan Pemerintah Kota Semarang “Di Bidang Kesenian”.
Semarang, 2007, H. Sukawi Sutarip, SH,. SE.
2. Juara Iringan Ketoprak No. 1, di
Timasan (di tempat Ki Anom Suroto)
3. Penghargaan Diesnatalies, Menjadi “Dalang Seri Bratayudha”, di Institut
Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
4. Penghargaan Hari Wayang Dunia 2016, di
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
5. Duta Seni Pelajar Boyolali Tahun 2013 –
2016
·
2013
di Perancis dan Itali
·
2014
di Kanada dan USA
·
2015
di Hongkong, China dan Jepang
·
2016
di Rusia dan Dubai
Duta Seni Pelajar Boyolali 2017 yang akan datang, masih
dalam proses yang akan Jungkung Darmoyo lakukan juga. Di dalam Duta Seni
Pelajar Boyolali tersebut, Jungkung Darmoyo sangat berperan besar dalam
kontribusi kesenian yang akan dibawa ke negara-negara yang akan di datangi.
Kontribusi Jungkung Darmoyo tersebut salah satunya, pengenalan kesenian
karawitan terhadap masyarakat dari luar negeri maupun masyarakat dalam negeri,
terutama pelajar yang akan di kirim ke luar negeri, misal tentang rasa, nama –
nama alat musik karawitan.
Walapun kebanyakan yang di kirim untuk
Duta Seni Pelajar Boyolali itu seni Tari, namun tidak meninggalkan tentang seni
karawitan, karena sebuah iringan/musik seni Tari itu berkaitan dengan seni
Karawitan, disitulah Jungkung Darmoyo berperan besar dalam karawitan. Jungkung
Darmoyo bukan hanya sekedar mengenalkan seni karawitan saja, namun Jungkung
Darmoyo berperan untuk membuat iringan/musik Tari Duta Seni Pelajar Boyolali
tersebut.
Bukan hanya penghargaan/prestasi yang
Jungkung Darmoyo dapatkan, kontribusi untuk kesenian yang telah dilakukan
Jungkung Darmoyo sangat banyak, inilah berbagai kontribusi Jungkung Darmoyo
terhadap kesenian :
1. Melatih karawitan di Puskesmas Sawit,
Boyolali
2. Melatih karawitan Ibu-ibu PKK,
(Paguyuban Karawitan Setyo Laras), di Gombang, Sawit, Boyolali.
3. Melatih karawitan Bapak-bapak,
(Paguyuban Karawitan Among Laras), di Gombang, Sawit, Boyolali.
4. Melatih karawitan di Sekolah Dasar
(SD) Mungup 1, di Gombang, Sawit, Boyolali.
5. Menjadi Juri karawitan, di Pengopo
Ageng Balai Kota Klaten dan di Gedung RSPD Klaten.
6. Menjadi Juri Mocopat, tingkat SD, SMP,
SMK di Boyolali, 2013.
7. Menjadi Juri Pedalangan Padat Se-Jawa
Tengah, di Pendopo Ageng Taman Budaya Surakarta (TBS), Jawa Tengah.
8. Membuat Iringan/musik Tari Ramayana,
di Prambanan tahun 1989.
9. Membuat Iringan/musik Tari dari
Yoyakarta, di Taman Mini, Jakarta.
10. Membuat Iringan/musik Wayang dengan
dalang Ki Purbo Asmoro, tahun 2000. Di Nganjuk, Jawa Timur.
11. Pentas Wayang Kulit dengan cerita
“Kresna Duta” di stasiun TV Indosiar, di Jakarta.
Selain itu Jungkung Darmoyo juga memiliki naluri komponis
yang kuat, naluri tersebut datang dari tradisi yang di tekuni selama
perjalanannya di dunia kesenian. Di samping itu dalam kontribusinya terhadap
kesenian terutama karawitan, dengan dukungan naluri komponis yang ada, terutama
karawitan, Jungkung darmoyo membuat karya-karya yang berwujud Gending-gending,
Jineman, Ladrang, Ketawang, Srepeg, Lancaran dan Langgam. Karya- karya tersebut
telah melangkah masuk menuju dapur rekaman yang di dukung dan di produksi oleh “Aini
record” dari Nganjuk, dan karya-karya tersebut sudah di produksi di pasar-pasar
tertentu.
Karya yang telah diciptakan oleh Jungkung Darmoyo antara
lain :
·
Laras
Wangi, Jineman, Laras Slendro, Pathet Sanga.
·
Ha
Na Ca Ra Ka, Lancaran, Laras Pelog. Pathet Barang.
·
Bersih
Desa, Lancaran, Laras Pelog, Pathet Nem.
·
Sabda
Pujangga, Langgam, Laras Pelog, Pathet Nem.
·
Sesanti,
Ladrang, Laras Pelog, Pathet Nem.
·
Mbok
Yo Eling, Ladrang, Laras Slendro, Pathet Nem.
·
Nuju
Prana, Ladrang, Laras Slendro, Pathet Sanga.
·
Mbangun
Jiwa, Ladrang, Laras Slendro, Pathet Barang.
·
Bojana,
Jineman, Laras Slendro, Pathet Manyura
·
Kembang
kecubung, Jineman, Laras Pelog, Pathet Nem.
·
Ajining
Diri, Lancaran, Laras Pelog, Pathet Nem.
Seperti yang telah disampaikan di
atas, mengenai tanggapan dan pandangan masyarakat terhadap kontribusi yang
telah dilakukan Jungkung Darmoyo dalam berkesenian sangat berpengaruh terhadap
Jungkung Darmoyo, karena beban dan tanggung jawab besar terhadap sosial atau
masyarakat harus di lakukan Jungkung Darmoyo sebagai seorang seniman.
Mengenai tanggapan/pandangan
masyarakat seni atau non-seni pasti ada tanggapan/pandangan positif maupun
negatif terhadap kontribusi yang telah dilakukan Jungkung Darmoyo selama ini.
Ketika di lihat dari masyarakat seni, banyak tanggapan dan dorongan untuk
Jungkung Darmoyo lebih meningkatkan kreatifitasnya, maupun banyak memberi
tanggapan positif untuk mendukung melanjutkan karyanya. Namun ketika di lihat
dari masyarakat non-seni, ada yang berpandangan positif maupun negatif.
Akan tetapi dari masyarakat non-seni
kebanyakan mampu menerima kontribusi Jungkung darmoyo dalam berkesenian.
Contohnya masyarakat non-seni bisa menerima karya-karya yang telah diciptakan
Jungkung Darmoyo, dan memberikan pujian selama Jungkung Darmoyo berkarya. Di
sisi lain ada tanggapan negatif dari masyarakat non-seni yang di bilang itu
merusak dan tidak taat pada aturan, namun Jungkung Darmoyo tetap menampung
tanggapan/padangan negatif maupun positif masyarakat tersebut, sikap yang
diberikan Jungkung Darmoyo kepada masyarakat yang beranggapan negatif tersebut,
karena berkesenian itu bebas dalam arti berkreatifitas dan mengembangkan, bukan
merusak ataupun lepas dari aturan. karena dari tanggapan itulah, Jungkung
Darmoyo bisa lebih maju dan berkembang dalam berkarya.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan wawancara
yang bersangkutan langsung terhadap tokoh seniman yang menjadi bahan topik
penulis, sangat berarti penting bagi penulis, karena Jungkung Darmoyo adalah
sosok panutan yang sangat berperan besar terhadap karawitan, dalam
mengembangkan dan berkreatifitas di dalam karawitan. Naluri berkesenian dan
kerja kerasnya dalam melestarikan karawitan yang dilakukan seperti berkarya,
melatih karawitan, sangat berpengaruh besar akan kedepannya dunia karawitan,
dan disitulah Jungkung Darmoyo memberi contoh positif kepada masyarakat
terutama masyarakat seni untuk lebih menjaga nama baik dunia seni di Indonesia
terutama kesenian Jawa.
Wawancara
Jungkung Darmoyo (52).
Seniman Dalang dan Karawitan.
Gombang, Rt. 08, Rw.02, Sawit, Boyolali.
Selasa, 3 Januari 2017.
Jam 19.30 WIB.
Lanjutkan
BalasHapusCasinos in Las Vegas, NV - MapyRO
BalasHapusTop 김포 출장샵 Casinos in Las Vegas 안성 출장샵 · Fremont 상주 출장안마 Street 논산 출장안마 Experience · Wynn Las Vegas · Golden 용인 출장샵 Nugget Las Vegas · Palms Resort & Casino.